PEJUANG YANG TERLUPAKAN" MERDEKA DAN MENDERITA"





HARI I NI TEPATNYA TANGGAL 10 NOVEMBER 2013 ADALAH TEPAT HARI PAHLAWAN. Sudah 68 tahun negara kita merdeka, tentunya kemerdekaan ini tidak didapat dengan cuma-cuma tetapi lewat perjuangan para pahlawan kita. Pernahkah terbesitkan dalam benak kita bagaimanakah kehidupan para mantan veteran alias pejuang kita yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Apakah mereka mendapatkan tempat dan kehidupan yang layak atas apa yang telah mereka perjuangkan?
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Begitulah kata Bung Karno, bapak proklamator sekaligus presiden pertama RI. Setelah 68 tahun Indonesia merdeka, tak sedikit para vetaran perang kemerdekaan yang hidup menderita. Sungguh ironi bagi bangsa ini yang tidak menghargai perjuangan pahlawan mereka. Kalau bukan karena pengorbanan para pejuang tersebut, Indonesia tidak akan dapat meraih kemerdekaannya. Parahnya lagi para pejuang yang telah berkorban dengan keringat dan darah seolah terlupakan. Kehidupan ratusan veteran perang di sejumlah daerah sungguh memprihatinkan. Mereka hidup dengan sangat kekurangan. Di tengah usia mereka yang sudah lebih separuh abad, mereka tidak dapat merasakan nikmatnya dunia, tetapi masih harus menjalani hari-hari dengan bekerja untuk mencari sesuap nasi. Ada banyak veteran perang kita yang mengalami nasib yang bisa dikatakan sangat malang.
Silam, seorang lelaki tua yang tinggal di Desa Pelang, Kecamatan Kembangbahu, Lamongan Jawa Timur. Ia menjadi tukang sapu di gereja dan Balai Desa Pelang. Untuk pekerjaannya itu ia mendapatkan upah sebesar Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per bulan. Jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan mahalnya harga kebutuhan saat ini. Namun, uang sejumlah itu baginya sangat berharga untuk tambahan uang pensiunnya sebesar Rp 600 ribu per bulan. Meski demikian, Silam cukup bangga dengan apa yang dilakukannya. Pada usianya yang menjelang satu abad, ia tetap tidak membebani orang lain.
 
Gunawan, mantan kopral yang sekarang berusia 80 tahun, ia harus bekerja sebagai sopir alat berat di Jambi. Sewaktu muda dia berjuang di kesatuan kompi Merdeka Resimen Sumatera era 1948. Gunawan menjadi teknisi berbagai alat perang untuk mengusir penjajah Belanda yang membonceng NICA (Netherland Indie Civil Administration) dari daratan Sumatra bagian Tengah. Meski sejumlah dokumen menyatakan pejuang, Gunawan tetap tak dapat mencicipi dana pensiun veteran. Dilupakan negara tidak menyurutkan hidupnya. Gunawan juga tak mau berpangku tangan. Dia bertekad terus berjuang seumur hidup untuk terus bertahan di negeri ini.

Samsuri, seorang veteran kemerdekaan yang sudah berusia 91 tahun ini terpaksa harus mengetuk pintu-pintu kantor untuk menyambung hidupnya. Meskipun sudah tua, langkah Samsuri terlihat masih tegap. Sikap dan atributnya masih sama seperti saat dia aktif sebagai pejuang di front Ambarawa, Jawa Tengah. Namun, dia kini tak lagi memanggul senjata. Pria tua ini kemana-mana membawa sejumlah barang dagangan, seperti permen jahe dan jamu-jamuan. Dia terpaksa mengumpulkan rupiah demi rupiah karena tunjangan pensiunnya tak seberapa. Samsuri masih memiliki patriotisme. Dengan caranya sendiri dia mengingatkan arti perjuangan kemerdekaan 66 tahun silam.

 
Sidik yang merupakan mantan pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam tentara pelajar nasional, memasuki sembilan puluh tahun lebih. Warga Desa Brumbung, Kecamatan Mranggen, ini telah pikun dan sering keluar rumah sendirian, tak jarang ia juga membawa senjata tajam sehingga membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.
Kakek belasan cucu dan lima anak ini juga sulit diajak berkomunikasi, selain fungsi pendengarannya telah berkurang, kenangan masa perjuangan begitu lekat di ingatannya. Hampir semua jenis pertanyaan selalu dijawab dengan cerita kegigihan para pejuang untuk memperebutkan kemerdekaan.
Pertempuran lima hari di Semarang merupakan peristiwa yang paling diingat, karena banyak rekan-rekan seperjuangannya yang gugur, beruntung saat itu ia bersama sejumlah pejuang lainnya berhasil selamat setelah mundur sementara dari medan perang.Meski telah mempertaruhkan nyawanya untuk mengusir penjajah, tak serta merta ia mendapatkan penghidupan yang layak setelah kemerdekaan, tak mudah baginya untuk mendapatkan gaji pensiun veteran.
Surat keputusan Departemen Pertahanan tentang gelar kehormatan pejuang yang diperoleh pada tahun 1951 juga tidak lantas membuatnya langsung mendapatkan gaji pensiun veteran, baru sekitar 17 tahun terakhir ia mendapatkan tunjangan hari tua untuk para pejuang, itupun melalui proses berbelit yang sangat lama

 
Seorang veteran menjalani pemeriksaan mata di MarkasDaerah Legiun Veteran RI diManado, Senin (4/11/2013).
Pemeriksaan kesehatan mata dan pembagian obat-obatan menjadi bentuk perhatian pemerintah kepada para mantan pejuang .
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Nasib veteran pejuang kemerdekaan Republik Indonesia, di berbagai daerah ternyata masih memprihatikan.Seperti misalnya yang dirasakan veteran yang berada di Provinsi Sulawesi Utara. Sebabnya, pemprov setempat belum menganggarkan bantuan khusus untuk kesejahteraan veteran. Menurut Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemprov Sulut Bahagia Mokoagow, bantuan yang bersentuhan dengan veteran hanya
pengganti uang transportasi ketika menghadiri hari proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus, "Veteran yang diundang diberi uang pegganti transportasi sebesar Rp 100 ribu," ujar Mantan Kepala Rumah Sakit Ratumbuisyang kepada Tribun Manado, Rabu (6/11/2013).
Menyangkut bantuan sosial kepada masyarakat, kata dia biasanya ada di Dinas Sosial. Setali tiga uang, Gemmy Kawatu Kepala Dinas Sosial Sulut mengatakan, tak ada plot bantuan untuk veteran "Belum ada bantuan sosial untuk para veteran, " katanya.
Namun, menurut Kawatu, dana kesejahteraan veteran sudah dianggarkan pemerintah pusat di
APBN, sebab itu veteran punya dana pensiun.
Benny Ramdhani, Anggota DPRD Sulut mengakui, sejauh ini belum ada bantuan untuk veteran
mengalir dari APBD Provinsi Sulut.
Seharusnya, ada dana bantuan untuk kesejahteraan para veteran "Para veteran ini sangat berjasa, hingga generasi kita bisa menikmati kemerdekaan seperti saat ini. 
 
Generasi kita bisa jadi pejabat, mengenakan kemeja berdasi karena jasa mereka, sudah sepatutnya kita memberikan penghargaan atas jasa mereka," kata dia.
Namun, Ramdhani mengatakan, menghargai jasa para veteran tak hanya sekedar mengundang mereka saat acara-acara besar nasional atau daerah, harus ada penghargaan konkrit "Menyangkut kesejahteraan mereka misalnya dana kesehatan, untuk meningkatkan kualitas hidup mereka," ungkapnya.

Inilah jalan hidup sebagian kecil para veteran perang setelah melawan penjajah. Kemerdekaan bagi mereka belumlah usai. Mereka bukan lagi berperang melawan penjajah tetapi mereka harus berperang melawan kebutuhan perut dan usia yang terus menua dengan pasti. Kisah nyata di atas hanyalah beberapa potret para veteran. Masih banyak lagi nasib para veteran perang yang harus berjuang melawan nasib di tengah usianya yang sudah melebihi dari separuh abad.
Mereka tidak mendapatkan penghargaan dan kehidupan yang layak meski di masa lalu telah mempertaruhkan nyawa untuk kemerdekaan. Kita sangat berharap pemerintah memperdulikan nasib para veteran perang yang sangat memilukan ini.


Pertempuran mereka para veteran bisa jadi jauh lebih sulit dr tentara skrg...bertempur dgn peralatan dan kondisi seadanya....tp setelah merdeka

BISA JADI MEREKA JAUH LEBIH MENDERITA...
Perlu Mata utk membalas jasa mereka...bukan mata biasa...tapi MATA HATI DAN NURANI.....Tapi masalahnya TERLALU BANYAK PEJABAT BUTA DI NEGRI TERCINTA INI.....TERLALU BANYAK KETAMAKAN DAN KERAKUSAN DI NKRI ini...